Sikap Tidak Empati Orang Indonesia Saat Ada Bencana

Empati merupakan kemampuan memahami kondisi yang dialami orang lain. Jika dalam keadaan berduka, selayaknya seseorang menunjukan sikap menghormati dengan tidak melakukan tindakan yang justru semakin menyakiti orang tersebut. Sayangnya sikap empati masih menjadi hal sulit dilakukan bagi sebagian masyarakat Indonesia.

Beberapa diantaranya memiliki pola pikir bahwa lokasi bencana merupakan sarana wisata baru yang ramai dikunjungi. Bukan menolong, warga biasanya justru membuat proses evakuasi berjalan lama. Tidak hanya individu, media juga memiliki karakteristik yang sama dalam menginformasi sebuah berita yang seharusnya menunjukan empati. Berikut ini sikap orang Indonesia yang tidak menunjukan sikap empati saat ada bencana.

1. Selfie Ditempat Bencana

Fenomena selfie nampaknya menjadi tren yang tidak bisa dihindari. Namun bagaimana jika melakukan selfie di lokasi bencana? Mungkin sikap ini cukup  salah kaprah meski mengatasnamakan citizen journalizm. Pasalnya dibalik background tempat berselfie, ada keluarga yang menderita karena kehilangan keluarganya dalam bencana tersebut.

Dengan tren kamera foto yang mempuni, orang bisa saja mengabadikan kejadian tersebut kemudian menguploadnya ke media sosial. Namun dari sisi kemanusiaan, tentu saja tindakan berselfie ini sangat jauh dari sikap empati. Tujuan dari selfie dalam kondisi ini biasanya ingin menunjukan sikap pamer bahwa dirinya terlibat dalam aktivitas yang sedang banyak diberitakan media.

2. Berkumpul dan Hanya Jadi Penonton

Seperti ungkapan pepatah ‘ada gula ada semut’, bencana layaknya gula yang dikerubungi oleh semut-semut. Masyarakat justru berkumpul untuk menjadi penonton ketika suatu kejadian menimpa orang lain. Misalnya ketika terjadi bencana kebakaran, biasanya mereka malah menjadi penghalang jalannya proses dari petugas pemadam. Kelakuan orang Indonesia yang suka ngerubungin lokasi kebakaran membuat mobil pemadam kebakaran terlambat datang ke lokasi.

3. Berkomentar Menyakitkan Tentang Bencana yang Dialami Orang Lain

Media sosial menjadi tempat untuk mencurahkan isi hati meski harus berkomentar tentang bencana yang sedang dialami orang lain. Biasanya provokator media sosial ini melakukan tindakan tidak empati dan menyakiti hati orang yang sedang mendapat bencana untuk mencari sensasi agar menjadi perhatian nitizen. Dengan cara ini biasanya akan menarik perhatian orang yang pada akhirnya membuatnya menjadi perhatian media.

Baca Juga:  Beginilah Hukum Lewat di Hadapan Orang yang Sedang Shalat

4. Pamer ke Media Sosial Setelah Menyakiti Hewan

Binatang merupakan makhluk hidup yang seharusnya dijaga dan dilestarikan. Namun ada saja pihak-pihak yang dengan bangga membunuh mereka kemudian mempublishnya ke media sosial. Prestasi membunuh hewan jelas bukan sesuatu yang patut dibanggakan. Seperti yang baru-baru ini terjadi, dimana seorang pria dengan bangganya membunuh kucing dan kemudian menguploadnya ke media sosial.

5. Mengkomersilkan Bencana

Hal ini biasanya dilakukan oleh media yang hanya mencari sebuah rating untuk acara televisi atau menambah jumlah pengunjung website. Biasanya bencana bisa dijadikan bahan kreatif untuk bisa menarik masyarakat menonton tayangan atau pemeberitaan tersebut. Misalnya dengan membuat kuis dari bencana alam yang sedang menimpa. Kalau tujuannya adalah meningkatkan kesadaran orang sebaiknya dibuat pengumuman saja, dan tidak perlu dijadiin kuis.

Adakah bentuk tindakan non empati lain yang pernah anda rasakan? Sikap empati adalah anugerah karena tidak semua orang memiliki kemampuan tersebut. Semoga kita selalu menjadi orang-orang yang memiliki empati tinggi. Dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca setia, terimakasih sudah membaca.