Kisah Bunyi Kerikil dari Perut Nabi Muhammad

Nabi Muhammad SAW merupakan pemimpin tersohor hingga saat ini. Lewat dakwahnya Ia berhasil memperkenalkan Islam ke penjuru negeri. Sebagai seorang petinggi sudah menjadi hal wajar jika Ia hidup di tengah kemewahan.

Apalagi, Allah SWT menjadikannya sebagai manusia kesayangan. Kondisi ini tentu membuatnya bisa memilih hidup penuh kekayaan. Namun, faktanya Nabi Muhammad justru jauh dari kata mewah. Bahkan untuk makan sehari-hari saja Ia masih sangat susah.

Pernah suatu ketika sahabat mendengar bunyi aneh dari tubuh Nabi. Bunyi itu terdengar nyaring dan membingungkan. Ternyata itu bukan mukjizat dari Allah, melainkan suara kerikil yang diletakkan pada perut untuk menahan lapar. Seperti apa kisahnya? Berikut ulasannya.

Kisah ini diceritakan Ibnu Bujair ra. Pada suatu ketika Nabi Muhammad SAW memimpin Salat Berjamaah di masjid. Saat memimpin salat, Nabi sedikit terlihat aneh. Setiap kali berubah gerakan salat, maka Nabi terlihat begitu kepayahan. Gerakan Beliau juga diikuti oleh bunyi aneh dari tubuhnya.

Usai salat, sahabat Nabi, Sayyidina Umar bin Khatthab bertanya, “Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah baginda menanggung penderitaan yang amat berat. Sedang sakitkah engkau ya Rasulullah?”

“Tidak ya Umar. Alhamdulillah aku sehat dan segar”, jawab Rasulullah.

“Ya Rasulullah, mengapa setiap kali Baginda menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi-sendi tubuh baginda saling bergesekan? Kami yakin baginda sedang sakit”, desak Sayyidina Umar penuh cemas.

Karena pertanyaan Umar yang penuh selidik tersebut, akhirnya Rasul menceritakan kebenarannya. Rasulullah kemudian mengangkat jubahnya, dan sahabat mendapati perut Nabi yang kempis dililit oleh sehelai kain yang berisi batu-batu kerikil.

Batu kerikil inilah yang menimbulkan bunyi aneh ketika Nabi merubah gerakan salat. Sontak saja hal ini membuat sahabat sedih.

“Ya Rasulullah, adakah bila baginda menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya untuk tuan?”

Baginda Rasulullah pun menjawab dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apapun akan kalian korbankan demi Rasulmu. Tetapi, apa jawabanku nanti dihadapan Allah, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban bagi umatnya? Biarlah rasa lapar ini sebagai hadiah dari Allah buatku, agar kelak umatku tak ada yang kelaparan di dunia ini, lebih-lebih di akhirat nanti..”

Nabi Muhammad menjadi salah satu manusia yang jarang merasa kenyang. Rasulullah SAW adalah pemimpin yang tidak suka bermewah-mewahan termasuk dalam hal makanan dan minuman. Bahkan beliau pernah memakan korma yang bentuknya sudah buruk untuk mengganjal perutnya dari rasa lapar.

Muslim dan Tarmidzi telah meriwayatkan dari An-Nu’man bin Basyir ra. dia berkata: “Bukankah kamu sekarang mewah dari makan dan minum, apa saja yang kamu mau kamu mendapatkannya? Aku pernah melihat Nabi kamu Muhammad SAW hanya mendapat korma yang buruk saja untuk mengisi perutnya.”

Rasa lapar yang pernah dialami oleh Rasulullah SAW bahkan pernah membuat beliau shalat dalam keadaan duduk. Hal ini tentu saja mengiris hati orang yang berada di sekitarnya.

Baca Juga:  Inilah Orang yang Tempati Kedudukan Terhormat Dihari Kiamat

Suatu riwayat yang diberitakan oleh Abu Nu’aim, Khatib, Ibnu Asakir dan Ibnun-Najjar dari Abu Hurairah ra. dia berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW ketika dia sedang bersembahyang duduk, maka aku pun bertanya kepadanya: Ya Rasulullah! Mengapa aku melihatmu bersembahyang duduk, apakah engkau sakit? jawab beliau: Aku lapar, wahai Abu Hurairah! Mendengar jawaban beliau itu, aku terus menangis sedih melihatkan keadaan beliau itu. Beliau merasa kasihan melihat aku menangis, lalu berkata: Wahai Abu Hurairah! jangan menangis, karena beratnya penghisaban nanti di hari kiamat tidak akan menimpa orang yang hidupnya lapar di dunia jika dia menjaga dirinya di kehidupan dunia. (Kanzul Ummal 4:41)

Bahkan pernah suatu masa, di rumah Rasulullah tidak ada minyak sama sekali untuk memasak. Sehingga membuat rumah mereka tidak berlampu, serta dapurnya tidak berasap.

Abu Ya’la memberitakan pula dari Abu Hurairah ra. katanya: Ada kalanya sampai berbulan-bulan berlalu, namun di rumah-rumah Rasulullah SAW tidak ada satu hari pun yang berlampu, dan dapurnya pun tidak berasap. Jika ada minyak dipakainya untuk dijadikan makanan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:154; Majma’uz Zawatid 10:325)

Ahmad meriwayatkan dari Aisyah ra. dia berkata: Sekali peristiwa keluarga Abu Bakar ra. (yakni ayahnya) mengirim (sop) kaki kambing kepada kami malam hari, lalu aku tidak makan, tetapi Nabi SAW memakannya – ataupun katanya, beliau yang tidak makan, tetapi Aisyah makan, lalu Aisyah ra. berkata kepada orang yang berbicara dengannya: Ini karena tidak punya lampu. Dalam riwayat Thabarani dengan tambahan ini: Lalu orang bertanya: Hai Ummul Mukminin! Apakah ketika itu ada lampu? Jawab Aisyah: Jika kami ada minyak ketika itu, tentu kami utamakan untuk dimakan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:155; Kanzul Ummal 5:155)

Tidak cukup sampai di situ, Rasulullah dan keluarganya juga sering kali merasakan kelaparan karena ketiadaan makanan di rumah mereka. Bahkan mereka hanya mengonsumsi kurma dan air saja untuk mengganjal perutnya.

Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Urwah dari Aisyah ra. dia berkata: Demi Allah, hai anak saudaraku (Urwah anak Asma, saudara perempuan Aisyah), kami senantiasa memandang kepada anak bulan, bulan demi bulan, padahal di rumah-rumah Rasulullah SAW tidak pernah berasap. Berkata Urwah: Wahai bibiku, jadi apalah makanan kamu? Jawab Aisyah: Korma dan air sajalah, melainkan jika ada tetangga-tetangga Rasulullah SAW dari kaum Anshar yang membawakan buat kami makanan. Dan memanglah kadang-kadang mereka membawakan kami susu, maka kami minum susu itu sebagai makanan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:155)

Tentu saja kenyataan tersebut mengiris hati siapapun yang mengetahuinya. Terlebih lagi Aisyah ra yang menemani beliau di kala masa-masa sulit tersebut.

Tarmidzi memberitakan dari Masruq, katanya: Aku pernah datang menziarahi Aisyah ra. lalu dia minta dibawakan untukku makanan, kemudian dia mengeluh: Aku mengenangkan masa lamaku dahulu. Aku tidak pernah kenyang dan bila aku ingin menangis, aku menangis sepuas-puasnya! Tanya Masruq: Mengapa begitu, wahai Ummul Mukminin?! Aisyah menjawab: Aku teringat keadaan di mana Rasulullah SAW telah meninggalkan dunia ini! Demi Allah, tidak pernah beliau kenyang dari roti, atau daging dua kali sehari. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:148)

Baca Juga:  Empat Golongan yang Boleh Tinggalkan Salat Jumat

Akan tetapi, meskipun dilanda kesulitan yang sedemikian rupa tidak pernah membuat Rasulullah SAW dan keluarganya berpaling dari ajaran Allah. Mereka tetap senantiasa beribadah kepada-Nya dalam keadaan apapun, termasuk ketika lapar. Bahkan, ketika beliau lapar pun, beliau senantiasa mengutamakan orang lain yang lapar ketimbang dirinya sendiri.

Dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Baihaqi telah berkata Aisyah ra.: Rasulullah SAW tidak pernah kenyang tiga hari berturut-turut, dan sebenarnya jika kita mau kita bisa kenyang, akan tetapi beliau selalu mengutamakan orang lain yang lapar dari dirinya sendiri. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:149)

Ibnu Abid-Dunia memberitakan dari Al-Hasan ra. secara mursal, katanya: Rasulullah SAW selalu membantu orang dengan tangannya sendiri, beliau menampal bajunya pun dengan tangannya sendiri, dan tidak pernah makan siang dan malam secara teratur selama tiga hari berturut-turut, sehingga beliau kembali ke rahmatullah. Bukhari meriwayatkan dari Anas ra. katanya: Tidak pernah Rasulullah SAW makan di atas piring, tidak pernah memakan roti yang halus hingga beliau meninggal dunia. Dalam riwayat lain: Tidak pernah melihat daging yang sedang dipanggang (maksudnya tidak pernah puas makan daging panggang). (At-Targhib Wat-Tarhib 5:153)

Rasulullah SAW tidak pernah mengeluh dengan keadaan yang menimpanya. Bahkan beliau melakukan segala cara untuk mensiasati agar tidak merasa lapar.

Hal yang patut kita jadikan pelajaran dari kisah ini adalah bahwasanya Rasulullah SAW dalam keadaan apapun selalu beribadah kepada Allah dan menjaga kehidupan dunianya untuk bekal saat hari penghisaban kelak. Jangan berfoya-foya dalam hal makanan, sebab perbuatan yang demikian dapat melemahkan hati seseorang.