Pada hari kiamat nanti, manusia yang sudah meninggal akan dibangkitkan kembali. Kondisinya pun utuh seperti saat hidup seperti sekarang ini. Bani Adam dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk menjalani pengadilan dari Allah SWT berdasarkan amal yang dilakukan selama hidup.
Namun kebenaran yang disampaikan dalam Alquran ini tetap saja diragukan. Alasannya, bagaimana mungkin jasad yang hanya tinggal tulang-belulang ini bisa kembali tersusun rapi. Sungguh diluar akal dan tidak bisa dipercayai.
Hal ini pula yang terlintas dibenak seorang pria berikut ini. Namun Allah Maha bijaksana dengan menjawab keraguan pria tersebut. Ia dibangkitkan setelah mengalami kematian selama seratus tahun. Kisahnya menjadi pelajaran bagi umat bahwa yang demikian itu sangat mudah bagi Allah. Siapa pria tersebut, dan bagaimana kisahnya? Berikut ulasannya.
Pria ini masuk dalam deretan kisah dalam Alquran yang tidak bisa dicerna dengan nalar. Allah SWT menjelaskannya dalam surat Al-Baqarah:259 berikut ini. Akan mudah bagi orang beriman untuk mempercayai bahwa kisah ini nyata adanya, namun tidak demikian dengan mereka yang selalu menolak dan menyangkalnya.
“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: ‘Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?’ Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: ‘Berapa lama kamu tinggal di sini?’ Ia menjawab: ‘Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari.’ Allah berfirman: ‘Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledaimu telah menjadi tulang belulang; Kami akan menjadikanmu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, bagaimana kami menyusunnya kembali, kemudian Kami menutupnya kembali dengan daging.’ Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: ‘Saya yakin babwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.’” (QS. Al-Baqarah: 259).
Pria tersebut bernama Uzair. Hal ini sebagaimana pendapat Ibnu Jarir ath-Thabari, Ibnu Abi Hatim yang diriwayatkan dari Ali bin Thalib, Qatadah, Abdullah bin ‘Abbas, al-Hasan dan as-Suddi. Saat itu, Baitul Maqis tempatnya tinggal diserang oleh Raja Bukhtanashar. Wilayah ini porak poranda disertai dengan kematian banyak bala tentaranya.
Kemudian datanglah Uzair bersama keledainya melihat kondisi itu. Ia memperhatikan sekelilingnya dan melihat bagaimana mayat-mayat bergelimpangan. Dalam hatinya, mayat ini nantinya akan hancur dimakan tanah dan hanya menyisakan tulang belulang.
“Bagaimana Allah menghidupkan mereka setelah hancur?” Mungkinkah hal ini terjadi sedangkan nantinya mayat-mayat ini akan rata bersama tanah?
Ketika memikirkan itu, tiba-tiba Uzair tertidur di bawah sebuah pohon. Pada saat itulah mukjizat Allah terjadi. Setelah bangun, Uzair mendapati kota yang sudah hancur tadi tertata kembali dengan rapi. Sekelilingnya pun sudah berubah dengan kondisi orang yang ramai lalu lalang.
Uzair pun merasa begitu heran, Ia merasa baru tertidur tidak lama namun kenapa kemudian keadaan menjadi berubah total seperti ini. Lalu terdengarlah suara yang bertanya kepadanya. Suara tersebut tidak lain adalah Allah SWT “
“Berapa lama kamu tinggal di sini?”
Maka ia menjawab, “Aku telah tinggal di sini satu atau setengah hari.”
Allah SWT kemudian berkata, “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya”
Uzair diperintahkan agar melihat sekelilingnya. Bagaimana makanan dan minumannya, serta keledai juga sudah mati dan menjadi tulang belulang. Pada saat itu juga, Allah menunjukan bagaimana mudahnya Dia mengumpulkan tulang belulang keledai yang sudah mati tersebut, menjadi keledai yang utuh dan hidup seperti sedia kala.
Sebab itu pula, keraguannya akan kebangkitan setelah mati seketika sirna. Katanya penuh kemantapan, “Aku yakin bahwa Allah Mahakusa atas segala sesuatu.”
Kisah ini menjadi pelajaran bagi manusia. Seperti kata Allah dalam firman-Nya “Kami akan menjadikanmu tanda kekuasaan Kami bagi manusia” Dia menjadikan kisah Uzair ini, sebagai tanda kekuasaan-Nya bagi manusia.