Inilah Hukum Melawak dalam Islam

Di tengah penatnya aktivitas sehari-hari, tubuh sangat membutuhkan rileksasi. Selain mandi, biasanya orang akan mencari aktivitas untuk menghibur diri. Hal ini bisa dilakukan dengan cara jalan-jalan sore hari, berkumpul dengan teman untuk ngopi, atau sekedar menonton televisi.

Beberapa aktivitas ini mampu menghadirkan tawa sehingga stres dapat sedikit mereda. Apalagi jika berkumpul atau melihat orang yang pandai melawak, tentu gelak tawa semakin terbahak. Dengan candaan disertai mimik yang lucu, membuat aktivitas tertawa semakin seru.

Orang  yang pandai melawak ternyata cukup berpengaruh membuat orang disekelilingnya bahagia dengan candaannya. Namun, bagaimana menurut pandangan Islam? Sebagai seorang muslim, sudah selayaknya mencari tahu bagaimana hukumnya. Berikut ulasannya.

Kemampuan melawak tidak dimiliki oleh banyak orang. Membuat orang yang melihat tertawa ternyata membutuhkan usaha dan kerja keras. Bahkan, kini panggung hiburan sudah menghadirkan program-program untuk mencetak para pelawak. Mereka yang bisa membuat orang tertawa dan terbahak paling keraslah yang akan menjadi top dan populer.

Lalu, bagaimana sebenarnya pandangan Islam terhadap aktivitas melawak ini? Bukankah mereka membuat orang lain menjadi tertawa bahagia? Adanya mereka, mampu menghilangkan kepenatan karena bisa tertawa.

Rasulullah SAW dalam hadistnya pernah berkata: “Janganlah banyak tertawa! Sesungguhnya banyak tertawa akan mematikan hati.” HR At-Tirmidzi no. 2305

Dalam penggalan hadist lainnya Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis” . [HR. Muslim, no. 2359]

Hadist ini Beliau sampaikan tatkala bercerita tentang pengalamannya saat melihat Surga dan Neraka.

Lantas, apakah tidak boleh seseorang melawak dan membuat orang lain tertawa? Ternyata agama Islam tidak melarang umatnya untuk melawak. Bahkan Rasulullah SAW sering bercanda atau melawak. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, para sahabat pernah berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Ya Rasulullah! Sesungguhnya engkau sering mencandai kami.”

Beliau pun berkata: “Sesungguhnya saya tidaklah berkata kecuali yang haq (benar). HR At-Tirmidzi no. 1990

Salah satu candaan Rasulullah SAW adalah sebagai berikut: Diriwayatkan dari Al-Hasan radhiallahu ‘anhu, dia berkata, “Seorang nenek tua mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nenek itu pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar Dia memasukkanku ke dalam surga!’ Beliau pun mengatakan, ‘Wahai Ibu si Anu! Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek tua.’ Nenek tua itu pun pergi sambil menangis. Beliau pun mengatakan, ‘Kabarkanlah kepadanya bahwasanya wanita tersebut tidak akan masuk surga dalam keadaan seperti nenek tua. Sesungguhnya Allah ta’ala mengatakan: (35) Sesungguhnya kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung. (36) Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. (37) Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS Al-Waqi’ah) (HR At-Tirmidzi)

Baca Juga:  Keutamaan Bershalawat Pada Hari Jum'at

Rasulullah SAWA bercanda, namun tetap mengutamakan kejujurannya. Pasalnya, Islam membenci kedustaan dan kemunafikan dalam bergaya. Sehingga barang siapa yang memancing suasana agar semua tertawa walaupun dengan cara berdusta, maka ia terkena ancaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat; tidak diucapkan kecuali untuk membuat orang lain tertawa, maka ia terhempas ke dalam jurang jahannam sedalam antara langit dan bumi. Dan sungguh terpelesetnya lisan, lebih berat daripada seseorang terpeleset kakinya”. Imam Muhammad at-Tibrizi

Dari Bahz bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Celakalah bagi seseorang yang bercerita dengan suatu cerita, agar orang lain tertawa maka ia berdusta, maka kecelakaan baginya, kecelakaan baginya. Imam at-Tirmdzi

“Seorang hamba tidak beriman dengan sempurna, hingga ia meninggalkan berkata bohong saat bercanda dan meninggalkan debat walau ia benar.” (HR. Ahmad).

Di zaman kini seseorang berusaha keras untuk bisa membuat orang tertawa. Bahkan bahan-bahan materi untuk membuat orang terbahak sudah disiapkan sebelumnya. Namun, dalam candaannya tidak jarang yang tidak memperhatikan aturan. Sebagian dari mereka berbohong, bahkan mengolok-olok rekan atau dirinya sendiri.

Bahkan, saat ini banyak pelawak yang mengolok-olok agama Allah demi memancing orang lain bisa tertawa. Tidak jarang, mereka adalah seorang Muslim yang seharusnya melakukan hal tersebut.

“(65) Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (66) Tidak usah kamu minta maaf, Karena kamu kafir sesudah beriman. jika kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS At-Taubah : 65-66)

Baca Juga:  Sepanjang Hidup, Allah SWT Panggil Manusia Sebanyak Tiga Kali

Berdasarkan ayat ini, orang yang menghina ajaran Islam terancam untuk keluar dari agama Islam, disadari maupun tidak. Oleh karena itu, sebagai muslim jangan sampai kita menganggap remeh permasalahan-permasalahan seperti ini.