Ternyata DNA Manusia Berpotensi Dijadikan Flashdisk

Flashdisk atau USB merupakan alat yang digunakan untuk menyimpan data agar sewaktu-waktu bisa dipindahkan ke komputer lain. Kapasitas benda ini bisa menyimpan data mulai 2GB  hingga 32GB, bahkan lebih.

Selain flashdisk, media penyimpanan data lainnya adalah Hard-drive (HDD). Data yang bisa disimpan pada alat ini bisa mencapai 5TB. Berdasarkan fakta, HHD memang menjadi alat penyimpan data dengan kapasitas terbesar yang pernah ada.

Namun terobosan tidak berhenti begitu saja, ilmuan terus mencari media yang bisa menampung data dengan kapasitas tidak terhingga. Ternyata media dengan kapasitas tersebut ditemukan pada DNA Manusia.

Bahkan ilmuan mengatakan bahwa satu DNA bisa menyimpan hingga 300.000TB data sekaligus. Berdasarkan temuan ini, bisa saja di masa depan USB dan HDD akan digantikan posisinya oleh DNA yang kita miliki dalam tubuh kita.

Adalah tim peneliti asal Swiss yang membuat terobosan untuk menciptakan HDD atau USB dari DNA manusia. Hasil penelitian ini disampaikan dalam  rapat tahunan American Chemical Society ke-250 pada 17 Agustus lalu.

Dijelaskan bahwa, meski ukurannya sangat kecil, DNA manusia bisa menyimpan data dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni hingga 2000 tahun. Ilmuwan kemudian menyelidiki metode penyimpanan data pada DNA untuk menirunya untuk pembuatan HDD.

“Setelah penemuan arsitektur helix ganda DNA, orang tahu bahwa bahasa coding alam sangat mirip dengan bahasa biner yang kita gunakan di komputer,” kata Grass, salah satu peneliti.

Para lmuwan menyelidiki metode penyimpanan data pada DNA untuk menirunya untuk pembuatan hard drives. Eksperimen dilakukan dengan cara mengkodekan data sebesar 83 kb yang berisi teks   dari Federal Swiss Piagam dari 1291 dan Metode Archimedes dari abad ke-10 ke dalam DNA manusia.

Baca Juga:  Sengatan Lebah Mampu Sembuhkan HIV/AIDS

DNA kemudian disimpan di dalam bola silika, dan dipanaskan hingga 160 derajat Fahrenheit selama satu minggu penuh. Waktu pemanasan itu setara dengan suhu 50 derajat Celcius yang diterima DNA manusia asli sepanjang 2000 tahun.

Setelah satu minggu penuh, ternyata DNA ini masih berada dalam kondisi baik tanpa mengalami kerusakan. Selain itu, data yang tersimpan masih tetap utuh. Dengan begitu, mereka mengasumsikan bahwa penyimpanan data melalui DNA terbukti aman dan anti rusak, paling tidak selama 2000 tahun.

Namun hingga kini masih belum ada kelanjutan dari teknologi tersebut. Seperti banyak teknologi pada awal temuannya, pasti selalu membutuhkan biaya dan harga yang lumayan besar. Encoding dan menyimpan beberapa megabyte data menghabiskan biaya ribuan dolar. Dengan kata lain, konsumen tidak akan memiliki pilihan untuk membeli hard drive berbasis DNA dalam waktu dekat.