Hubungan Indonesia dengan Malaysia dalam beberapa periode terakhir memang kerap mengalami pasang surut. Hampir setiap tahun ada saja hal yang membuat kedua negara ini menjadi bersitegang. Mulai dari klaim budaya, sampai permasalahan batas wilayah yang tidak kunjung selesai. Hal ini tentu membuat rakyat Indonesia geram dengan negeri Jiran tersebut. Terlebih dengan sikap pemerintah yang dinilai tidak tegas dalam menanggapi kesewenangan Malaysia.
Sikap Malaysia yang dinilai tidak menghormati kedaulatan Indonesia membuat masyarakat mendesak pemerintah untuk mengumumkan perang terbuka. Layaknya Presiden Soekarno yang secara tegas menyerukan Gayang Malaysia karena telah mengganggu NKRI. Saat itu gerilyawan Indonesia bertempur melawan Malaysia tanpa ampun diperbatasan Kalimantan.
Namun tandatanda untuk kembali bangkit seperti masa lalu tampaknya sulit terealisasi pada masa kini. Pemerintah memikirkan berbagai aspek yang akan timbul jika penyerangan terhadap Malaysia dilakukan. Hingga akhirnya keluar statement bahwa tidak perlu perang untuk menunjukkan kita, Indonesia bangsa yang punya harga diri. Namun menurut pengamat militer Universitas Indonesia, Andy Wijayanto, ada alasan lain kenapa pemerintah Indonesia tidak tegas setiap berseteru dengan Malaysia.
1. Salah satu yang membuat pemerintah Indonesia serba salah adalah karena Malaysia adalah bagian dari Aliansi Five Power Defense Agreement (FPDA). Ini merupakan sistem aliansi pertahanan antara Malaysia, Inggris, Australia, Singapura dan Selandia Baru. Lima negara ini sepakat bahwa jika ada salah satu negara diserang oleh negara lain, maka mereka bisa mengaktifkan klausa sehingga anggota lainnya akan membantu untuk perang. Dengan demikian, empat negara lainnya siap bertempur dengan Indonesia jika negara kita menyerang Malaysia.
2. Tidak hanya itu, menurut Andy, Jika nantinya Indonesia berhadapan dengan Inggris, maka harus bersiapsiap merembet untuk berperang dengan NATO. Pasalnya Inggris sangat mungkin meminta artikel lima NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) diaktifkan. Artikel lima NATO serupa dengan klausul perjanjian FPDA yang intinya menyatakan, serangan yang dialami salah satu negara anggota dianggap sebagai serangan terhadap negaranegara anggota lainnya dan harus dihadapi bersama.
3. Dikutip dari berbagai sumber, peralatang perang Malaysia lebih baik dibanding dengan milik Indonesia. Militer Jiran yang bernama Tentara Diraja Malaysia dilengkapi dengan peralatan canggih dari sejumlah negara.
Kapal Perang
- Satu kapal penyelam dilengkapi meriam 20 mm
- Dua kapal cepat pengangkut pasukan
- Empat kapal patroli buatan Prancis berrudal Exocet MM38 dan meriam Bofors
- 24 kapal perang yang berpangkalan di empat tempat: Lumut, Sandakan Sabah,
- Kuantan, dan Labuan. KD Kerambit yang berada di sekitar Ambalat merupakan salah satu kapal yang berpangkalan di Sandakan, Sabah.
- Dua kapal patroli buatan Korea Selatan yang dilengkapi meriam 100 mm Creusot
- Loire, 30 mm Emerlac, dan senjata penangkis antikapal selam. Kapal ini berpangkalan di Kuantan
- Empat kapal buatan Swedia dilengkapi rudal MM38 Exocet, 57 mm Bofors, dan 40 mm Bofors berpangkalan.
- Empat kapal Frigate, dua di antaranya dibeli bekas dari Angkatan Laut Kerajaan Inggris.
- Enam kapal Corvette buatan Jerman Empat kapal patroli penangkis ranjau buatan Italia
- Dua kapal Multi Purpose Command and Support Ship buatan Jerman dan Korea Selatan
- Satu kapal Sealift
- Dua kapal Hydro
Pesawat Tempur
- F5 E Hawk MK108 berpangkalan di Alor Setar, Kuantan, dan Labuan
- Hawk MK208 berpangkalan di Alor Setar, Kuantan, dan Labuan
- Delapan F/A18D berpangkalan di Alor Setar
- Mig29 berpangkalan di Kuantan
- SU30 berpangkalan di Kuantan
- F28 berpangkalan di Kuala Lumpur
- Falcon berpangkalan di Kuala Lumpur Beech 200T berpangkalan di Kuala Lumpur
- C130H berpangkalan di Kuala Lumpur
- CN235 berpangkalan di Kuala Lumpur
- S61A4 berpangkalan di Kuala Lumpur, Kuching, dan Labuan
- AS61N1 berpangkalan di Kuala Lumpur
- S70A34 berpangkalan di Kuala Lumpur Personel
Jumlah prajurit semua angkatan: 196.042 (2002)
Anggaran militer per tahun: US1,69 triliun (2,03 persen GDP)
4. Sementara itu Indonesia dinilai masih tertinggal jauh dengan Malaysia dari segi senjataa untuk bertempur. Embargo pembelian peralatan militer dari Amerika membuat rontok sejumlah peralatan militer Indonesia. Pesawat tempur terbaru, Sukhoi SU27 SK dan SU30 MK buatan Rusia, pun masih ompong tak punya senjata. Adapun dari 12 pesawat tempur “andalan”, F16, dua di antaranya sudah jatuh dan hanya delapan siap terbang.
Pesawat dan Heli
- Delapan Hawk MK 109 berpangkalan di Pekanbaru, Pontianak
- 32 Hawk MK 209 berpangkalan di Pekanbaru, Pontianak
- Enam CN235 berpangkalan di Halim
- Delapan F27400M berpangkalan di Halim
- SF260MS/WS berpangkalan di Halim
- B7073MIC
- Tujuh pesawat F27400M
- F281000/3000
- L10030
- C130H30 berpangkalan di Halim
- NAS332L1
- L10030
- EC120B
- 12 unit Heli Bell 47G3B1 berpangkalan di Kalijati
- Lima F16A berpangkalan di Madiun
- Lima F16B berpangkalan di Madiun
- F5E berpangkalan di Madiun
- F5F berpangkalan di Madiun
- Hawk Mk53 berpangkalan di Madiun
- dua Su27SK berpangkalan di Makassar
- dua Su30MK berpangkalan di Makassar
- NC212M100/200 berpangkalan di Malang
- Ce 401A berpangkalan di Malang
- Ce 402A berpangkalan di Malang
- 10 Pesawat Bronco OV10F di Malang Kapal Perang
- 114 armada berbagai jenis (sepertiganya untuk operasi rutin, sepertiga untuk latihan, dan sisanya untuk pemeliharaan) Personel
Jumlah prajurit (semua angkatan): 250 ribu orang
Anggaran militer per tahun: US$ 1 triliun (1,3 persen GDP)
Itulah beberapa alasan Indonesia tidak tegas setiap berseteru dengan Malaysia. Namun hal itu bukan untuk melemahkan, justru ini menjadi momentum untuk mempersiapkan diri dengan kelemahan yang sudah kita ketahui. Jika dulu pahlawan bisa merdeka hanya dengan bambu runcing, kenapa kita yang sekarang memiliki persenjataan seperti ini harus takut dan mengalah. Bukankah kemerdekaan kita berkat kerja keras kita sendiri, dan bukan pemberian dari penjajah.