Beginilah Gambaran Gaji Pemimpin Pada Masa Khalifah Islam

Menjadi seorang pemimpin berarti sudah harus siap mengorbankan diri untuk mengabdi kepada masyarakat. Jabatan ini merupakan amanah yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya karena akan dimintai pertanggungjawaban.

Sebuah pemahaman keliru jika seseorang menginginkan sebuah jabatan dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan, popularitas dan kekuasaan. Sayangnya, pada era kini hal itu lah yang justru mendominasi. Bahkan beberapa diantaranya menjadikan jabatannya sebagai celah untuk melakukan praktik korupsi dan menambah pundi-pundi kekayaan.

Beberapa kisah sahabat nabi berikut ini, bisa menjadi gambaran tentang bagaimana kehidupan para pemimpin Islam dahulu kala. Mereka ada yang hidup miskin dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Namun para pemimpin ini tidak pernah mengeluh tentang kondisi tersebut. Mereka justru takut bergelimangan harta karena bisa menjauhkan diri dari Allah SWT. Seperti apa gambaran Gaji Pemimpin Pada Masa Era Sahabat Nabi? Berikut ulasannya.

1. Abu Bakar ra
Abu Bakar r.a merupakan pemimpin Islam sepeninggal Rasulullah SAW. Setelah terpilih menjadi khalifah, Abu Bakar masih terlihat berdagang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini mengusik Umar Bin Khatab yang menganggap Abu Bakar tidak bisa lagi melakukan aktivitas berdagang dan harus memikirkan negara. Akhirnya Umar membuat Baitul Mal sebagai kas dan sumbangan untuk menggaji pemimpin kala itu.

Setelah berkonsultasi dan menghitung pengeluaran rumah tangga khalifah Abu Bakar, akhirnya para sahabat menetapkan tunjangan tahunan untuk Abu Bakar adalah 2,500 dirham. Nominal ini kemudian ditingkatkan menjadi 500 dirham sebulan. Jika dikonversikan pada rupiah, maka total tunjangan untuk Abu Bakar adalah sebesar Rp. 72 juta dalam setahun, atau sekitar Rp 6 juta dalam sebulan. Seperti diketahui bahwa nilai dirham tidak pernah berubah hingga saat ini.

Namun, gaji ini tidak pernah dihabiskan semuanya oleh Abu Bakar.  Bahkan untuk membeli manisan yang diinginkan istrinya pun, ia harus menabung terlebih dahulu selama beberapa waktu.  Saat meninggal, Abu Bakar hanya memiliki sebuah sprei tua dan seekor unta yang merupakan harta negara. Harta tersebut pun kemudian dikembalikan kepada penggantinya Umar Bin Khatab. 

Baca Juga:  Beginilah Cara Agar Menjadi “Sahabat” Allah

2. Umar Bin Khatab
Pada masa pemerintahan Umar Bin Khatab Islam berkembang begitu pesat. Agama Allah ini membentang dari wilayah Mesopotamia, sebagia wilayah Persia, serta berhasil mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).

Meski menjadi pemimpin dengan kekuasaan yang luas, ternyata Umar hidup dalam keterbatasan. Ia bahkan sering melakukan pinjaman kepada Baitul Maal, karena gajinya tidak cukup untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari.

Pada suatu hari para sahabat mendatangi putri Umar, Hafsah r.a,. Mereka bermaksud menaikan gaji umar yang dinilai tidak cukup untuknya memimpin negerinya saat itu.  Namun ketika Hafsah r.a menyampaikan usulan sahabat untuk menaikan gaji, Umar justru marah besar.

Menurut Umar, pemimpin sebelumnya yakni Rasulullah dan Abu Bakar juga tidak berlebihan ketika menerima hak dari Baitul Mall. Sehingga Ia tidak layak untuk meneriman hak yang lebih yang hanya justru membuatnya melalaikan urusan akhirat. Ini artinya tunjangan untuk Umar tidak jauh berbeda dengan yang diterima Abu Bakar.  

3. Usman bin Affan
Utsman bin Affan tidak mengambil gaji sedikitpun dari negara, karena bisnisnya yang sudah bekembang dimana-mana. Bahkan Utsman jika makan hanya dengan roti sedang saat menjamu tamu diberikan kepada tamu makanan-makanan terbaik. Hingga saat ini, kekayaan Usman masih mengalir bahkan Ia memiliki tabungan sendiri atas namanya. Dari kekayaan Usman ini kemudian dibangun sebuah hotel dengan Nama Usman Bin Affan yang bisa berpenghasilan 50  juta Riyal setiap tahunnya.

4. Ali bin Abi Thalib
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, kondisi Baitul Mal dikembalikan seperti posisinya sebelum masa Utsman bin Affan. Ali, seperti disebutkan lbnu Kasir, juga mendapat santunan dari Baitul Mal. Ia mendapatkan jatah pakaian yang hanya bisa menutupi tubuh sampai separuh kakinya. Bahkan, seringkali bajunya dipenuhi tambalan.

Ketika berkobar peperangan antara Ali bin Abi Talib dan Mu’awiyah bin Abu Sufyan (khalifah pertama Bani Umayyah), orang-orang di sekitar Ali menyarankannya agar mengambil dana dari Baitul Mal sebagai hadiah bagi orang-orang yang membantunya.

Baca Juga:  Bahaya Berhutang Jika Berniat Tidak Mengembalikan

Tujuannya, untuk mempertahankan diri Ali dan kaum Muslimin. Mendengar ucapan itu, Ali sangat marah dan berkata, “Apakah kalian memerintahkanku untuk mencari kemenangan dengan kezaliman? Demi Allah, aku tidak akan melakukannya selama matahari masih terbit dan selama masih ada bintang di langit.”