Inilah Alasan Manusia Lupa Kenangan Saat Masih Bayi

Kenangan merupakan memori tentang kejadian terdahulu yang kembali diingat pada masa sekarang. Diantara kita pastinya akan dengan mudah mengingat kenangan saat berada di SMP, SMA, kuliah atau kenangan pernah bekerja di suatu tempat. Namun berbeda jika ditanya bagaimana kenangan saat masih bayi.

Hal ini menjadi pertanyaan sulit karena jarang sekali orang bisa mengingat kejadian saat masih bayi. Seiring perkembangan menjadi dewasa, seseorang tidak bisa merekam episode tertentu dalam hidupnya, yakni saat masih bayi. Biasanya alasan ‘namanya dulu juga masih kecil’ manjur untuk membuat seseorang berhenti bertanya tentang pengetahuan tersebut.

Sebenarnya ada kajian medis dan penjelasan logis dari peristiwa hilangnya ingatan saat bayi tersebut. Dalam dunia psikologi, ketidakmampuan orang dewasa dalam mengingat masa kecilnya disebut dengan amnesia masa kanak-kanak. Mengapa ini bisa terjadi, dan faktor apa yang membuat orang bisa lupa dengan kenangan masa kecilnya?

Istilah amnesi masa kanak-kanak diciptakan oleh pencetus ilmu psikologi, Sigmund Freud. Saat masih kecil, perkembangan otak manusia belum berfungsi secara optimal. Kemampuan otak baru akan berkembang  saat anak memasuki usian tiga tahun. Saat masih bayi belum banyak informasi yang masuk ke otak anak sehingga tidak mengenal apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu.  Menjelang dewasa, sudah banyak informasi ke otak sehingga mudah menerjemahkan apa yang sedang terjadi dan akan tersimpan diingatan.

Sementara itu penelitian lain juga dilakukan oleh psikolog Nora Newcombe dari Temple University, Philadelphia. Menurutnya otak manusia memiliki bagian otak bernama hippocampus yang fungsinya mengumpulkan dan menghubungkan memori selama hidupnya. Meski seluruh memori dikumpulkan dalam satu bagian,  tapi otak manusia dibatasi dengan kemampuan memori yakni memori semantik dan episodik.

“Memori semantik merupakan memori untuk mengingat kejadian yang singkat. Contohnya, seorang anak akan ingat ia harus bilang “tolong” saat meminta sesuatu, atau “terima kasih” bila mendapat apa yang diinginkan, “ ungkap Nora Newcombe.

Baca Juga:  Beginilah Posisi Tidur yang Dimurkai Allah

Sedangkan memori episodik merupakan kemampuan mengingat yang lebih terperinci. Misalnya kenangan saat pertama kali masuk kuliah, hingga akhirnya wisuda.

Newcombe menambahkan, pada masa bayi dan anak-anak, memori yang berkembang adalah memori semantik yang hanya mampu mengingat hal-hal kecil. Itulah sebabnya saat masih pada masa keemasaannya, orang tua dilarang memberikan pengetahuan buruk terhadap anak, mendengarkan kata-kata tidak sopan dll. Pasalnya ini akan mudah diingat hingga terbawa saat dewasa.

Jika orang dewasa tidak bisa mengingat kenangan masa bayi, maka berbeda dengan anak-anak  justru dinyatakan ingat kejadian masa bayi mereka dari usia 18 bulan. Akan tetapi hal ini akan hilang saat usianya sudah memasuki empat hingga tujuh tahun. Sebelumnya dianggap bahwa anak-anak di bawah usia empat tidak memiliki kemampuan kognitif untuk mengenang masa-masa itu.

Peneliti di Memorial University of Newfoundland di Kanada menemukan bahwa anak-anak berumur empat bisa mengingat kenangan bayi. Carole Peterson, profesor psikologi yang melakukan penelitian itu, mengatakan bahwa timnya menemukan anak-anak yang sangat muda punya banyak kenangan bayi.

Peneliti mendapati bahwa mereka yang berusia antara empat dan tujuh ketika pertama kali diwawancarai tidak bisa mengingat kenangan awal mereka – bahkan ketika diberi petunjuk yang spesifik. Artinya orang tua memiliki peran penting dalam menginformasikan tentang peristiwa masa lalu secara detail. Inilah yang membuat seseorang cenderung lebih jelas dan mengerti kenangan diri mereka sendiri.