Setiap bulan yang ada dalam kalender hijriyah memiliki keistimewaan masing-masing. Pada Ramadhan misalnya, bulan ini begitu spesial karena ada kewajiban berpuasa. Atau, pada bulan Dzulhijjah, dimana sebagian Umat Islam yang mampu menunaikan ibadah haji.
Namun banyak yang tidak familiar dengan bulan Sya’ban. Padahal, bulan ini menjadi salah satu bulan yang diagungkan dalam Islam. Ada begitu banyak keistimewaan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. Sayang, pada bulan ini manusia kebanyakan lalai.
Akan tetapi, tetap ada kesempatan untuk memperbaiki hal itu. Karena kabar baiknya, saat ini kita tengah menjalani bulan Sya’ban. Ini menjadi waktu yang tepat untuk meraih keistimewaan tersebut. Lalu, apa saja keistimewaannya? Berikut ulasannya.
1. Bulan yang Dikasihi Rasulullah
Keistimewaan pertama dari bulan Sya’ban adalah karena bulan ini begitu dikasihi Rasulullah SAW. Bahkan, Rasul bersabda jika Bulan Sya’ban adalah bulannya. Ketika manusia yang mendapat pengetahuan langsung dari Allah ini begitu menganggap penting bulan ini, tentu sudah seharusnya kita juga menganggap hal yang sama.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Umamah, Baginda SAW bersabda: “Sucikan diri kamu dalam Syaaban dan perbaiki niat kamu untuknya. Sesungguhnya kelebihan Syaaban daripada bulan lain seperti kelebihanku daripada kamu.”
Hendaklah kita meluruskan niat ketika menyambut atau menjalani bulan ini. Rasulullah SAW mengajarkan jika pada bulan ini dirinya melakukan lebih banyak kebaikan.
2. Amal Baik Menjadi Lebih Istimewa
Bulan Sya’ban dikenal juga sebagai bulannya lalai. Bulan ini berada diantara bulan Rajab dan Rramadhan. Manusia sudah terhanyut dengan keistimewaan bulan Rajab yang merupakan salah satu bulan haram, saat memasuki Sya’ban manusia mulai lalai karena mempersiapkan diri untuk menyambun bulan Ramadhan.
Itulah mengapa Rasulullah memperbanyak amalan pada bulan ini. Karena jika sesuatu banyak dilalaikan, namun kita mengingatnya, maka sebenarnya ada banyak kebaikan yang akan diberikan Allah. Layaknya anjuran berdzikir di pasar, maka ketika dzikir itu dilaksanakan maka menjadi amalan yang istimewa.
Abu Sholeh mengatakan, “Sesungguhnya Allah tertawa melihat orang yang masih sempat berdzikir di pasar. Kenapa demikian? Karena pasar adalah tempatnya orang-orang lalai dari mengingat Allah.”
Amalan yang banyak dilakukan Nabi pada bulan ini adalah berpuasa. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan : “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156).
3. Adanya Nisfu Sya’ban
Nisfu Sya’ban mempunyai arti pertengahan. Dalam sejarahnya pada malam ini terjadi perintah pemindahan arah kiblat dari Baitul Malqis menuju Masjidil Haram. Rasulullah SAW melakukan lebih banyak ibadah pada malam ini. Hal ini diperkuat oleh hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam Sunannya dengan sanad yang lemah,”Apabila malam nisfu sya’ban maka shalatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya.”
Sesungguhnya Allah swt turun hingga langit dunia pada saat tenggelam matahari dan mengatakan,”Ketahuilah wahai orang yang memohon ampunan maka Aku telah mengampuninya. Ketahuilah wahai orang yang meminta rezeki Aku berikan rezeki, ketahuilah wahai orang yang sedang terkena musibah maka Aku selamatkan, ketahuilah ini ketahuilah itu hingga terbit fajar.”
Syeikh ‘Athiyah Saqar menuturkan, meski hadist tersebut lemah, namun bisa dipakai dalam hal keutamaan amal. Itu semua dilakukan dengan sendiri-sendiri dan tidak dilakukan secara berjama’ah (bersama-sama).
Bulan Sya’ban layaknya bulan perjuangan, dimana kita seharusnya membersihkan diri dari dosa-dosa dengan cara memperbanyak amal. Sehingga saat memasuki Ramadhan, hati kita sudah bersih menyambut bulan suci tersebut. Mari berburu amal di Bulan Sya’ban.