Keunikan Sidik Jari Sudah Dijelaskan Dalam Alquran

Setiap manusia memiliki bentuk sidik jari yang unik dan berbeda dari orang lain. Bahkan sekalipun mereka yang kembar identik, namun sidik jarinya tidaklah sama. Keunikan ini membuat sidik jari berperan penting dalam proses mengidentifikasi data diri seseorang.

Karena begitu pentingnya, manusia bahkan membuat ilmu khusus untuk memperlajari tentang sidik jari dengan bernama Daktiloskopi. Keunikan sidik jari ini baru ditemukan di akhir abad ke-19 M.

Sebelum ditemukan teknologi yang mutakhir, orang menganggap sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun disaat sidik jari masih dianggap kurang menarik saat itu, Alquran sudah menuliskan pentingnya arti penting sidik jari, yang baru mampu dipahami di zaman sekarang.

Keunikan sidik jari diperkenalkan pertama kali oleh Johann Christoph Andreas Mayer (1747-1801) pada tahun 1788, seorang ahli anatomi Jerman. Pernyataan ini diteruskan oleh Sir William James Herschel pada tahun 1858. Namun keduanya hanya membahas tentang keunikan sidik jari, namun tidak mengkaji sidik jari sebagai identitas.

Kajian bahwa sidik jari bisa dijadikan untuk mengidentifikasi seseorang dilakukan oleh Sir Francis Golt pada tahun 1880. Menurutnya setiap sidik jari manusia berbeda dan tidak ada yang sama. Setelah kajiannya, teknologi di dunia mengalami perkembangan termasuk teknologi untuk mengkaji sidik jari.

Akhirnya sekitar tahun 60-an muncullah berbagai alat teknologi sidik jari dengan sistem analisa elektronik. Alat ini digunakan pertama kali oleh Federal Bureau Investigation (atau populer dengan sebutan FBI) di Amerika Serikat. FBI menggunakannya untuk proses identifikasi kasus-kasus yang mereka kerjakan. Dengan alat ini FBI dengan mudah menemukan data diri seseorang, bahkan bisa untuk menemukan pelaku kejahatan.

Setelah itu, sidik jari tidak saja digunakan sebagai alat untuk mengungkap kriminalitas, tapi juga mulai memasuki ranah yang lain, seperti untuk mesin absensi, teknologi akses kontrol pintu, finger print data secure, aplikasi retail, sistem payment dan masih banyak lagi.Seiring dengan itu, muncullah disiplin ilmu yang mempelajari sidik jari, yaitu Daktiloskopi.

Baca Juga:  Ini Penyebab Tertolaknya Doa yang Sering Diremehkan

Jauh sebelum penemuan ilmuan barat tersebut, Ilmuan Muslim Rashid al-Din Hamadani (1247-1318) sudah menjelaskan tidak ada dua individu yang memiliki jari persis sama. Namun penemuan ini selalu dibantah hingga akhirnya mereka sendiri yang melakukan penelitian dan mengklaim.

Terlepas dari semua itu, sejak diturunkan pada abad ke-7 Masehi, Alquran sudah menjelaskan bahwa sidiki jari merupakan bagian penting sebagai tanda pengenal seseorang. Alquran dalam surat Al-Qiyamah ayat 3-4 menjelaskan bagaimana mudahnya Allah SWT menghidupkan manusia setelah kematiannya. Ayat ini juga menekankan tentang sidik jari dan membuatnya menjadi sebuah kajian penting bagi Islam.

“Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna.” (Al Qur’an, 75:3-4).

Penekanan ujung jari atau sidik jari ini tentu memiliki makna khusus, terlebih hal ini dikatakan oleh Pencipta alam semesta. Setelah dikaji selama bertahun-tahun serta didukung dengan teknologi, barulah diketahui tentang pentingnya bagian tubuh yang satu ini. Layaknya barang yang memiliki kode unik, manusia pun diberikan kode unik seperti sistem barcode sebagaimana yang digunakan sekarang ini.

Inilah bukti Alquran mencakup ilmu pengetahuan sepanjang masa. Dimana ilmu yang ada didalamnya mencakup ilmu pengetahuan tingkat tinggi.  Informasi-informasi ilmiah yang diberikannya selalu teruji sampai kapanpun, yang saat itu belum disadari sama sekali oleh orang. Dengan kata lain, al-Qur’an adalah bukti tertulis yang paling otentik yang bisa dijadikan sebagai rujukan ilmiah dalam mengupas persoalan-persoalan teknologi zaman sekarang. Sedangkan bukti-bukti lain terkadang aus terkikis zaman atau hilang dan terbakar.
Subhanallah.