Kisah Kaki Unta yang Hampir Patah Saat Rasulullah Menerima Surat Ini

Nabi Muhammad SAW ketika mendapatkan wahyu dari malaikat Jibril selalu melalui cara yang tidak disangka-sangka. Hal ini yang terkadang membuat Nabi begitu ketakutan, mengeluarkan keringat dingin serta pernah menangis semalaman tanpa henti.

Dalam banyak riwayat dijelaskan bahwa para sahabat sering melihat Nabi ketika menerima wahyu. Salah satunya adalah ketika Rasulullah SAW tengah melakukan perjalanan dengan menunggangi untanya.

Karena terlalu beratnya surat tersebut, unta Nabi pun menunduk, tak dapat tegak dan hampir saja paha unta itu patah karena beratnya wahyu yang sedang turun kepada Rasulullah. Apa sebenarnya surat ini dan bagaimana kandungannya sehingga dianggap demikian berat? Berikut ulasannya.

Ternyata surat ini adalah surat Al-Maidah yang merupakan surat kelima dalam Alquran dan terdiri dari 120 ayat. Surat yang tergolong dalam Surat Madaniyah ini berisi tentang perkara halal-haram, tolong menolong, hujjah-hujjah yang ditunjukkan bagi Bani Israil, kisah Nabi Musa ‘alaihis salam, Qabil dan Habil, dan banyak bahasan lainnya.

Hadist Riwayat Ahmad menceritakan bahwa seorang sahabat melihat ketika Nabi meneriman wahyu ini unta yang ditungganginya bahkan tidak mampu berjalan, hingga Nabi memutuskan turun dari unta tersebut. 

“Sesungguhnya aku benar-benar sedang memegang tali unta Adba’ (unta kendaraan Rasulullah SAW) ketika diturunkan kepadanya surat Al-Maidah seluruhnya. Hampir saja paha unta itu patah karena beratnya wahyu (yang sedang turun kepada Nabi SAW). (HR Ahmad)

Ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui hadis Saleh ibnu Sahi, dari Asim Al-Ahwal yang menceritakan, telah menceritakan kepadanya Ummu Amr, dari pamannya, bahwa ia sedang dalam perjalanan bersama Rasulullah Saw., lalu turunlah surat Al-Maidah kepada Rasulullah Saw. Maka leher unta kendaraannya menunduk, tak dapat tegak, karena beratnya surat Al-Maidah yang sedang diturunkan.

Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Luhai’ah, telah menceritakan kepadaku Huyay ibnu Abdullah, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli, dari Abdullah ibnu Amr yang menceritakan bahwa diturunkan kepada Rasulullah Saw. surat Al-Maidah ketika beliau sedang berada di atas unta kendaraannya. Maka unta kendaraannya tidak mampu membawanya. Akhirnya Nabi Saw. turun dari unta kendaraannya. (HR Ahmad)

Baca Juga:  Beginilah Gambaran Gaji Pemimpin Pada Masa Khalifah Islam

Dituturkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal sebagaimana dituturkan Imam Ibnu Katsir, surat ini diturunkan saat Nabi bersama salah satu sahabatnya. Asma’ binti Yazid bertutur, “Saat aku tengah memegang tali kekang unta Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam, tiba-tiba turunlah surat al-Ma’idah secara keseluruhan. Karena beratnya surat ini, pangkal kaki depan unta itu pun berdetak.”

Riwayat lain terkait surat ini diriwayatkan oleh Imam al-Hakim yang mengutip riwayat dari Muhammad bin Ya’qub yang meriwayatkan dari Jubair bin Nufair. Jubair bin Nufair pergi berhaji. Dalam menjalankan ibadah mulia itu, ia menyempatkan diri berkunjung ke rumah Ummul Mukminin ‘Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddiq.

Kepada Jubair, ‘Aisyah bertanya, “Hai Jubair, apakah kamu sudah membaca surat al-Maidah?”

“Sudah.” Jawab Jubair singkat.

“Sesungguhnya,” terang Bunda ‘Aisyah, “ia adalah surat yang terakhir kali turun.” Nasihatnya terkait surat ini,

“Apa saja yang kalian temukan dari yang halal, maka halalkanlah. Dan, apa saja yang kalian temukan dari yang haram, maka haramkanlah.”

Menurut Imam al-Hakim Riwayat ini shahih sesuai syarat Imam al-Bukhari dan Muslim. Nama al-Maidah sendiri diambil dari ayat 112 surat ini yang artinya hidangan. Kerana memuatkan kisah pengikut-pengikut setia Nabi Isa a.s. meminta kepada Nabi Isa a.s. agar Allah SWT menurunkan untuk mereka Al Maa’idah (hidangan makanan) dari langit (ayat 112).Ialah doa Nabi ‘Isa ‘alaihis salam yang meminta hidangan kepada Allah Ta’ala untuk kaumnya.

Nabi ‘Isa ‘alaihis salam berdoa, “Ya Rabb kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau. Berikanlah rezeki kepada kami, dan Engkaulah Pemberi Rezeki yang paling utama.”