Bekerja untuk mencari rezeki merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah. Dengan harta yang diperoleh, seseorang bisa memenuhi kebutuhan diri, keluarga, bersedekah serta disisakan untuk menabung.
Namun terkadang, rezeki yang diberikan ini seolah tidak pernah memberikan kepuasan terhadap manusia. Berbagai upaya dilakukan demi memperbanyak harta meski dengan cara-cara yang tidak halal.
Sebagian kalangan bahkan tidak mempersalahkan persoalan halal atau haram tersebut. Padahal dalam agama, urusan ini sangat menjadi perhatian dan banyak disebut dalam Alquran dan hadist. Berikut ini dampak menakutkan menikmati harta yang haram.
1. Hilangnya Keberkahan Harta
Harta yang berkah adalah harta yang memiliki banyak keistimewaan baik menyangkut kehidupan di dunia dan di akhirat. Perlu diingat kembali bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara saja. Setelah ini manusia akan menjalani kehidupan kekal yakni akhirat tanpa membawa sedikit pun hartanya saat di dunia.
Nilai berkah atau tidaknya harta tidak bergantung pada jumlahnya. Setidaknya ada dua kriteria untuk menilai keberkahan harta yakni cara pengambilan harta (kasab) dan alokasi pembelanjaan harta (tasharruf).
Mengambil harta dengan cara-cara yang tidak syar’i maka harta tersebut tidak akan berkah. Contoh yang paling sederhana adalah mencari rezeki dari hasil riba. Baik dari jual beli riba, atau menabung di bank ribawi. Harta tersebut telah disebutkan dalam Alquran bahwa Allah mencabut keberkahannya. Hal ini dijelaskan dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 275
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu(3) (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya,” (Al-Baqarah:275).
Selain masuk perkara haram, memakan harta riba juga akan mendapat hukuman yang teramat pedih. Dijelaskan dalam sebuah hadist bahwa mereka yang mengkonsumsi harta ini akan dimasukan di sungai darah dan dilempari batu ke mulutnya hingga tidak bisa keluar dari sungai tersebut.
“Ia akan berenang di sungai darah, sedangkan di tepi sungai ada seseorang (malaikat) yang di hadapannya terdapat bebatuan, setiap kali orang yang berenang dalam sungai darah hendak keluar darinya, lelaki yang berada di pinggir sungai tersebut segera melemparkan bebatuan ke dalam mulut orang tersebut, sehingga ia terdorong kembali ke tengah sungai, dan demikian itu seterusnya.”. (HR. Bukhari II/734 nomor 1979).
Keberkahan akan dihapus jika harta yang dimiliki digunakan untuk perkara haram. Meskipun harta tersebut diperoleh dengan cara halal. Begitu juga harta halal tapi dibelanjakan di jalan haram maka harta tersebut tidak menjadi berkah. Demikiannya halnya harta haram di belanjakan di jalan yang halal juga tidak berkah. Jadi harta yang berkah adalah yang baik dari sisi kasab dan tasharufnya.
2. Kegelapan Hati dan Kemalasan Anggota Badan untuk Beribadah
Harta yang haram juga bisa menggelapkan hati dan memunculkan rasa malas untuk beribadah. Semakin banyak harta haram yang dimakan, akan semakin gelap hati manusia sehingga semakin jauh dari hidayah Allah. Mengkonsumsi harta haram sama halnya dengan petaka bagi jiwa manusia.
Ibnu Abbas pernah berkata: “Sesungguhnya setiap kebaikan akan memberikan penerang bagi hati, cahaya bagi wajah, kekuatan bagi badan, tambahan dalam rezeki, dan kecintaan sesama makhluk. Dan sebaliknya kejelekan akan menghitamkan wajah, kegelapan bagi hati, kelemahan bagi badan, kekurangan dalam rezeki dan kebencian di hati sesama makhluk.
Lihat saja mereka yang terbukti mendapatkan harta yang haram. Hidup mereka tidak bahagia, dibenci oleh orang lain, bahkan tidak jarang diserang penyakit yang mematikan. Misalnya para koruptor yang tidak bahagia karena masuk penjara, penjual narkoba yang tidak pernah tenang karena dikejar-kejar polisi, serta masih banyak hal lainnya.
3. Tidak Diterima Doanya oleh Allah
Doa mereka yang memakan harta haram tidak diterima oleh Allah SWT. Nabi bersabda menjelaskan perihal musafir yang kusut masam menengadahkan kedua tangannya seraya berdoa, “Ya, Robb, Ya Robb”. Memang sudah seharusnya ketika safar seorang muslim memperbanyak doa karena doa musafir itu mustajab. Namun di waktu yang mustajab tersebut Alloh menolak doa seseorang lantaran dia memakan dari yang haram. Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“…Dan makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram, dan diberi makan dengan makanan yang haram. Maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan doanya?” (HR. Muslim, No. 1015)
Adakah derita yang lebih buruk dari doa yang tidak terkabul? Menjadi hamba-Nya yang tidak dianggap dan tidak diperhatikan doa-doanya menjadi siksa yang teramat pedih bagi seorang hamba.
4. Sedekahnya Ditolak oleh Allah
Sedekah dari harta yang haram adalah hal sia-sia. Layaknya mencuci pakaian namun menggunakan air yang kotor sehingga sama sekali tidak akan membersihkan. Hal ini juga dijelaskan Nabi Muhammad SAW yang artinya “Allah tidak menerima harta Ghulul” (HR.Muslim)
Para ahli tafsir menjelaskan bahwa Ghulul adalah harta yang diambil dengan cara khianat dan haram. Misalnya saja harta rampasan perang (ghanimah) sebelum dibagikan, harta dari hasil korupsi dan suap-menyuap atau bahkan harta dari hasil curian dan menipu orang lain.
Allah SWT sama sekali tidak akan menerima sedekah kecuali dari harta yang baik. Sebesar apapun harta yang disedekahkan atau dinfakkan namun berasal dari harta yang haram maka hakikatnya sedekah tersebut tidak berguna. Yang jelas ketika seorang ingin mendapatkan pahala dari sedekah dan infaknya, maka hendaknya ia memperbaiki bagaimana cara mendapatkan harta.
5. Di Akhirat Mendapat Siksa
Selain dampak di atas, dampak yang teramat pedih adalah saat menjalani siksaan di api neraka. Hal ini dijelaskan Nabi Muhammad SAW dalam hadis riwayat Tirmidzi yang artinya
“Setiap daging yang tumbuh dari yang haram maka neraka lebih pantas untuk menyentuhnya” (HR. Tirmidzi dan dihasankannya)
Ironisnya harta haram ini digunakan untuk memberi makan anak-anak yang menjadi generasi penerus. Bisa dibayangkan bagaimana generasi kedepan jika makanan yang mereka telan berasal dari harta haram? Wallohu A’lam Bishawab…