Pada awal penciptaan, manusia mendiami surga sebagai tempat untuk hidup. Adalah Nabi Adam Alaihis Salam manusia pertama yang diciptakan Allah SWT dan pernah merasakan kenikmatan dari tempat terindah tersebut.
Namun bisikan iblis ternyata mampu menggoda Nabi Adam. Beliau makan buah terlarang sehingga Allah SWT mengusirnya dari surga. Umat manusia keturunan Nabi Adam akhirnya menjalani kehidupan di muka bumi.
Kesalahan Nabi Adam as ini tidak jarang disesali oleh umat manusia. Karena kelalaian sang Nabi, manusia harus dikeluarkan dari surga. Bahkan, Nabi Musa as juga pernah menyalahkan Nabi Adam atas kesalahannya. Namun benarkah penempatan manusia di bumi menjadi kesalahan Nabi Adam?
Ketika Nabi Adam as, sudah diciptakan, maka Allah SWT memerintahkan malaikat dan iblis untuk bersujud kepada Nabi Adam. Seluruh malaikat bersujud, kecuali Iblis laknatullah karena merasa sombong.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam). Lalu kami bentuk tubuhmu. Kemudian kami katakan kepada malaikat : ”bersujudlah kalian kepada Adam.’ Maka mereka pun bersujud, kecuali Iblis. Ia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman ‘ apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) ketika aku menyuruhmu? Iblis menjawab ‘aku lebih baik dari padanya. Sebab Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan ia Engkau ciptakan dari tanah. (Q.S Al A’raf: 11-12)
Permusuhan dimulai. Allah SWT kemudian mengusir iblis dari surga meski sebelumnya iblis memiliki ketaatan yang luar biasa kepada Allah.
Allah berfirman: Keluarlah dari surga karena sesungguhnya kamu makhluk terkutuk. Dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpa dirimu sampai hari kiamat. (Q.S Al-Hijr 35).
Sejak peristiwa tersebut iblis berjanji akan memperdaya seluruh keturunan anak cucu Adam. Nabi Adam as kemudian menjalani kehidupan di surga bersama istrinya Siti Hawa dan diberi ilmu pengetahuan oleh Allah SWT. Kemudian sampailah pada larangan untuk mendekati pohon yang menyebabkan beliau tergolong menjadi dzolim.
“Dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini yang menyebabkan kamu berdua termasuk orang-orang yang dzolim” (Q.S Al Baqarah: 35).
Iblis kemudian memulai aksinya. Ia menggoda Nabi Adam dan Hawa untuk memakan buah terlarang tersebut. Nabi adam dan Hawa mencicipi buah itu dan apa yang terjadi selanjutnya diceritakan Allah dalam Alquran
“Maka setan membujuk keduanya untuk memakan buah itu dengan tipu daya. Tatkala keduanya mencicipi buah pohon itu, tampak bagi keduanya aurat-auratnya maka mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga” (Q.S Al A’raf:22)
Allah SWT kemudian berfirman, “Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: ‘Bukankah aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan aku katakan kepada kalian: Sesungguhnya, setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua’?’ Keduanya berkata: ‘Ya Tuhan Kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi” (Q.S Al A’raf 22-23)
Allah SWT kemudian berfirman” Turunlah kamu sekalian! Sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Dan kamu sekalian mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) dimuka bumi sampai waktu yang ditentukan.
Meski terusir dari bumi, namun sebelum penciptaan Nabi Adam as, Allah SWT sudah menyampaikan kepada seluruh makhluk bahwa Dia akan menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi.
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi” (Q.S Albaqarah:30)
Lantas, mengapa Nabi Adam as sering menjadi sasaran kemarahan para keturunannya atas keputusan Allah SWT mengusirnya dari surga dan ditempatkan di bumi. Padahal sejak awal, Allah SWT sudah akan menempatkannya di bumi.
Bahkan Nabi Musa as pun pernah berdebat dengan Nabi Adam as terkait hal ini. Namun, jawaban Nabi Adam berikut sekiranya menjadi jawaban pula bagi kitayang selama ini menyalahkan Nabi Adam.
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda “Musa pernah mendebat Adam as. Musa berkata kepada Adam: ‘Engkau telah mengeluarkan manusia dari surga hingga membuat mereka sengsara karena kesalahanmu. ‘Adam menjawab: ‘ Wahai Musa, engkau telah dipilih oleh Allah dengan risalah dan kalam-Nya. Apa engkau mencela diriku atas suatu hal yang telah ditulis Allah sebelum Dia menciptakan aku atau yang telah ditakdirkan Allah terhadap diriku sebelum Dia menciptakan aku? Rasulullah SAW bersabda: Maka Adam dapat membantah argumen Musa” (HR. Bukhari)
Dalam riwayat lain Imam Ahmad berkata, “Sufyan menceritakan kepada kami, dari Amru ia mendengar Thawus, dan ia mendengar Abu Hurairah berkata: ‘Rasulullah saw bersabda: ‘Adam dan Musa pernah saling berdebat. Musa berkata: Wahai Adam, engkau adalah bapak moyang kami. Engkau telah mengecewakan dan mengeluarkan kami dari surga. ‘Adam berkata kepada Musa: Wahai Musa, engkau telah dipilih Allah dengan Kalam-Nya- Dalam riwayat lain dengan Risalah-Nya. Dia juga telah menulis (al-kitab) untukmu dengan tangan-Nya. Apakah engkau mencela diriku atas persoalan yang telah ditetapkan Allah bagiku empat puluh tahun sebelum Dia menciptakan aku? Selanjutnya, Rasulullah SAW bersabda: ‘Akhirnya, Adam dapat membantah argumen Musa, Akhirnya, Adam dapat membantah argumen Musa, Akhirnya, Adam dapat membantah argumen Musa. ”
Hadist ini sebagian besar diriwayatkan dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Dalam kitab tersebut dikatakan bahwa Nabi Musa telah mencela Nabi Adam karena Adam telah mengeluarkan Musa, Adam sendiri, dan anak-anak keturunannya dari surga. Adam lalu berkata kepada Musa ‘Aku tidak mengeluarkan kalian dari surga. Akan tetapi, aku mengeluarkan kalian karena telah terjadi serangkaian kejadian yang menyebabkan diriku memakan buah pohon itu. Serangkaian kejadian itu telah tertulis bagiku dan telah ditakdirkan untukku sebelum aku diciptakan oleh Allah yang Mahabijaksana dan Mahaagung. Engkau telah mencela diriku. Padahal perkara yang menjadi penyebab utamanya lebih rumit dari sekedar pelarangan bagiku untuk tidak memakan buah pohon itu lalu aku tergoda untuk memakannya. Adanya rentetan kondisi yang menyebabkan terjadinya pengeluaran dari surga itu merupakan bagian dari perbuatanku. Sesungguhnya perkara ini merupakan kuasa dan ketentuan dari Allah. Sungguh ada hikmah dibalik peristiwa ini.” Akhirnya Adam dapat mengalahkan argumentasi Musa.’ Abu Ya’la, Al-Musnad, 1/211, no 105-(244), al-Ajari di dalam Kitab asy-Syari’ah/180.
Demikian, semoga apa yang menjadi jawaban Nabi Adam as terhadap Nabi Musa ini, mewakili pertanyaan kita dan menghilangkan sikap menyalahkan Nabi Adam atas terusirnya manusia dari surga. Sejatinya, kita akan kembali ke sana, namun harus terlebih dahulu mengumpulkan bekal selama hidup di bumi.
Silahkan menambahkan keterangan atau pengetahuan baru terkait hal ini pada kolom komentar. Semoga, semakin menambah ilmu pengetahun bagi umat dan bisa bermanfaat.