Proses penciptaan langit dan bumi memang hanya menjadi rahasia Allah SWT. Meski sudah banyak fakta-fakta yang ditemukan dari penelitian untuk mengetahui bagaimana penciptaan alam semesta, namun hal itu hanya sebatas teori dan tidak bisa dijadikan sebagai acuan. Dalam Al-Quran Allah SWT hanya memberikan keterangan global dan tidak terperinci. Akan tetapi dari ayat dan Sabda Nabi Muhammad SAW, manusia bisa mendapat gambaran bagaimana alam ini pada mulanya diciptakan.
Sebagai umat Islam pastinya kita wajib mengimani apa yang ada di dalam Kitab Allah SWT serta Sabda Nabi Muhammad tentang penciptaan ini. Sementara manusia terbatas akalnya untuk menemukan kebenaran kejadian masa silam meski dengan perkembangan teknologi yang serba modern seperti saat ini.
Waktu yang dibutuhkan untuk menciptakan langit dan bumi
Dalam kitabnya Allah secara jelas berfirman bahwa alam semesta diciptakan selama enam hari. Hal ini dijelaskan dalam banyak Surat. Seperti dalam QS. al-A’raf: 54 yang artinya:
“Sesugguhnya Tuhan kalian, yaitu Allah, Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari, kemudian Dia beristiwa di atas Arsy. (QS. al-A’raf: 54).
“Sungguh Aku telah menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada diantara keduanya dalam 6 hari, dan Aku tidak merasa capek.” (QS. Qaf: 38).
Namun makna enam hari yang disebutkan Allah SWT masih juga menjadi misteri. Kata ‘hari’ dalam bahasa Arab digunakan untuk penyebutan waktu dari terbitnya matahari hingga terbenam. Namun apakah sama dengan enam hari milik Allah? Oleh karena itu, ulama berbeda pendapat dalam memahami kata ‘hari’ terkait proses penciptaan alam semesta.
Seperti yang diungkapkan Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa An Nihayah. Ia menyebutkan dua pendapat ulama terkait kata enam hari yang terdapat dalam Al-Qur’an. Makna pertama yang diungkapkan mayoritas ulama adalah hari yang sama dengan yang dilalui manusi asekarang ini, yaitu mulai dari terbit fajar sampai dengan terbenamnya matahari..
Pendapat kedua mengatakan bahwa perhitungan satu hari disisi Allah sama dengan 1000 tahun dalam perhitungan manusia. Ini diriwayatkan Ibnu Abbas, Mujahid, ad-Dhahak, Ka’b al-Ahbar, dan pendapat yang dipilih oleh Imam Ahmad sebagaimana keteragan beliau dalam ar-Rad ‘ala al-Jahmiyah.
Langit dan bumi, siapa yang terlebih dahulu tercipta?
Ini tentu menjadi pertanyaan yang membutuhkan penelitian bertahu-tahun jika ditelieti oleh manusia. Namun Allah SWT dala Al-Qur’an menjelaskan bahwa sebenarnya bumi lah yang terlebih dahulu Dia ciptakan. Hal ini diungkapkan dalam surat Fushilat ayat 9 hingga 12. Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan bumi terlebih dahulu sebelum langit yang artinya
“Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua hari dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”. (9) Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan penghuninya dalam empat hari. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati” (Q.S Fushilat:9-12)
Ibnu Katsir yang menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa Allah SWT jelas mengatakan bahwa Dia menciptakan bumi terlebih dahulu baru langit. Bumi merupapan pondasi sehingga harus terbangun terlebih dahulu. Lalu langit diciptakan kemudian sebagai atapnya sesuai dengan firman Allah QS. al-Baqarah: 29 yang artinya:
“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian, kemudian Dia berkehendak (beristiwa) menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit (al-Baqarah: 29)”
Ibnu Katsir melajutkan dengen menjelaskan firman Allah di surat an-Nazi’at
Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Dia memancarkan dari bumi mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu. (QS. an-Nazi’at: 27 – 33).
Dalam ayat ini disebutkn bahwa Dahyu al-Ardi (penyempurnaan bumi) dilakukan setelah menciptakan langit. Bentuk ad-Dahyu, ditafsirkan pada ayat, “Dia memancarkan dari bumi mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.” Dan ini dilakukan setelah penciptaan langit. Adapun penciptaan bumi, ini dilakukan sebelum penciptaan langit berdasarkan nash (dalil tegas). (Tafsir Ibnu Katsir, 7/165).
Allah menciptakan bumi dalam 2 hari, kemudian Dia menciptakan langit. Kemudian dia beristiwa ke atas langit, lalu Allah sempurnakan langit dalam 2 hari yang lain. Kemudian Allah daha al-Ardha (menyempurnakan bumi). Bentuk penyempurnaan bumi adalah dengan Dia keluarkan dari bumi mata air, tumbuh-tumbuhan, Allah ciptakan gunung, benda mati, dataran tinggi, dan segala yang ada di antara langit dan bumi, dalam 2 hari. Itulah makna firman Allah, “Bumi dihamparkannya.” Sementara firman Allah, “Dia menciptakan bumi dalam 2 hari.” Diciptakanlah bumi dan segala isinya dalam 4 hari dan diciptakan semua langit dalam 2 hari. (HR. Bukhari secara Muallaq sampai al-Minhal, 16/85).
Kesimpulan dari keterangan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, Allah menciptakan bumi 2 hari belum sempurna dan belum ada isinya. Kemudian menciptakan semua langit dalam 2 hari, dan terakhir Allah mengisi bumi dengan tumbuhan, gunung, benda-benda dalam 2 hari. Allahu a’lam.