Pelajar-pelajar Indonesia saat ini sedang was-was karena menghadapi Ujian Nasional (UN). Bagaimana tidak, UN merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan kelulusan dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Penentuan standar yang terus meningkat diharapkan akan mendorong peningkatan mutu pendidikan.
Namun lima negara di bawah ini merupakan negara maju yang tingkat mutunya sudah terjamin, tetapi mereka tidak memberlakukan sistem Ujian Nasional. Apa saja negera tersebut, dan bagaimana cara mereka meningkatkan mutu pendidikannya tanpa UN?
1. Finlandia
Finlandia merupakan negara dengan sistem pendidikan termaju di dunia. Namun di negara ini, sama sekali tidak memberlakukan UN. Cara mereka mengevaluasi adalah dengan melatih dan mendidik guru guru agar bisa melaksanakan evaluasi yang berkualitas.
Siswa akan meneriman laporan hasil belajar berdasarkan evaluasi yang bersifat personal dengan tidak membandingkan atau melabel para siswa dengan peringkat juara seperti yang telah menjadi tradisi pendidikan kita. Negara ini meyakini bahwa setiap siswa memiliki keunikan tersendiri dan mempunyai kelebihan masing-masing. Profesi guru di Finlandia sangat terhormat dan dibayar mahal. Penghormatan masyarakat di sana melebihi profesi dokter.
2. Amerika
Negara se-digdaya Amerika juga tidak memberlakukan UN secara nasional. Namun mereka tetap menyelenggarakan ujian di masing-masing negara bagian dan mempunyai materi ujian-masing masing. Pihak sekolah diberikan kebebasan untuk menentukan kelulusan muridnya sendiri. Semua lulusan, baik lulusan yang disenggarakan oleh sekolahnya sendiri atau lulus ujian yang diselenggarakan negara bagian, tetap boleh mengikuti ujian mauk ke college ataupun universitas asal memenuhi persyaratan dan lulus tes masuk.
Negara ini memiliki logika dimana kualitas pendidikan ditentukan oleh individu masing-masing kelulusan. Walaupun Si A lulusan dari SMA pinggiran yang tidak terkenal, kalau dia lulus tes masuk ke Universitas Harvard, maka diapun akan diterima di universitas tersebut.Jadi masalah kualitas ditentukan oleh individu (individual quality).
Pakar pendidikan dari Columbia University, Linda Hammond (1994) merpendapat bahwa nasionalisasi ujian sekolah tidak bisa memberi kreativitas guru. Sekolah tidak bisa menciptakan strategi belajar sesuai dengan perbedaan kondisi sosial, ekonomi, budaya, serta kemajuan teknologi. Sistem pendidikan top down oriented, tak bisa menjawab masalah yang ada di daerah-daerah berbeda.
3. Jerman
Jerman tidak mengenal ujian nasional. Kebijaksanaan yang diutamakan adalah membantu setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal, yaitu dengan menyediakan guru yang profesional, menyediakan fasilitas sekolah, menyediakan media pembelajaran yang kaya, yang memungkinkan peserta didik dapat secara terus-menerus belajar melalui membaca buku wajib, buku rujukan, dan buku bacaan, (termasuk novel), serta kelengkapan laboratorium dan perpustakaan yang memungkinkan peserta didik belajar sampai tingkatan menikmati belajar; serta evaluasi yang terus-menerus, komprehensif dan obyektif.
Melalui model pembelajaran yang seperti inilah, yaitu peserta didik setiap saat dinilai tingkah lakunya, kesungguhan belajarnya, hasil belajarnya, kemampuan intelektual, partisipasinya dalam belajar yang menjadikan sekolah di Jerman mampu menghasilkan rakyat yang beretos kerja tinggi, peduli mutu, dan gemar belajar.
Mereka setiap hari belajar selalu mendapat tugas dari semua mata pelajaran yang proses maupun hasilnya dinilai dan nilai-nilai ini memengaruhi nilai akhir semester dan seterusnya.
4. Kanada
Di Kanada tidak ada Ujian Nasional karena dianggap tak bermanfaat untuk kemajuan pendidikan di negara iti. Untuk kontrol kualitas di Kanada terdapat penjaminan mutu pendidikan yang kontrolnya sangat kuat. Lembaga penjamin mutu ini benar-benar bekerja secara ketat dari pendidikan dasar hingga menengah. Sehinga murid yang akan masuk ke perguruan tinggi cukup dengan rapor terakhir.
Di Kanada, perguruan tinggi tidak sulit lagi untuk menerima murid darimana pun sekolahnya. Karena standar sekolah di sana sudah sesuai dengan standar perguruan tinggi yang akan dimasuki setiap lulusan sekolah.
Kebalikan dengan di Indonesia, perguruan tinggi banyak yang tidak percaya dengan lulusan sekolah menengah. Saling tidak percaya standar ini yang menyebabkan pemborosan keuangan negara karena harus menyelenggarakan UN dan ujian mandiri.
5. Australia
Di Negara Australia ini, ujian nasional tidak dilaksanakan bahkan tidak dikenal sama sekali, melainkan ujian state. Ujian ini tidak menentukan lulus tidaknya para peserta didik, namun untuk menentukan kemana siswa tersebut akan melanjutkan pendidikan. Berapapun nilai yang didapatkan oleh siswa dari ujian tersebut tetap dinyatakan lulus. Nilai nol pun tetap dinyatakan lulus, namun kelulusan tersebut tidak ada gunanya. Berarti siswa tersebut akan sangat sulit untuk melanjutkan pendidikannya.