Sejarah berdirinya Kota Jakarta berawal dari rentetan panjang kisah yang pastinya menarik untuk dibaca. Sebagai ibukota negara Indonesia, wajar saja jika Jakarta memiliki segudang permasalahan yang menumpuk dan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Kemacetan, banjir, huru-hara, kehidupan malam dan sebagainya menghiasi kota yang dahulu bernama Batavia itu.
Namun, meski dengan berbagai polemik yang ada, Jakarta tetap menjadi kota impian setiap warga untuk dikunjungi. Seperti magnet yang memiliki daya tarik magis bagi orang untuk bisa datang dan berjuang bersamanya. Bahkan disebut-sebut jika sudah bisa menakhlukkan kerasnya Jakarta, maka orang tersebut sudah bisa menakhlukan Indonesia. Lalu bagaimanan sebenarnya sejarah panjang perjalanan kota Jakarta hingga seperti sekarang ini? Berikut adalah ulasannya.
Sejarah Berdirinya Kota Jakarta
Sungai Ciliwung menjadi saksi bisu sejarah berdirinya Kota Jakarta dari masa ke masa. Di dekat bandar kali Ciliwung ini berdiri sebuah lokasi bernama Kelapa yang menjadi cikal bakal kota metropolitan di Indonesia ini. Kelapa mulai dikenal sejak abad ke lima dan ramai dikunjungi oleh pedagang dari berbagai penjuru dunia. Tidak heran jika Kelapa kemudian menjadi salah satu pusat perdagangan internasional kala itu.
Kejayaannya mulai diperoleh sekitar abad 14 pada masa pemerintahan di bawah Kerajaan Sundayang berpusat di Padjajaran. Ketika bangsa Eropa datang ke Indonesia, mereka menjadikan Sunda Kelapa sebagai tujuan utama untuk berdagang. Namun kejayaan yang pernah dirasakan Jakarta tidak bertahan lama.
Hal tersebut disebabkan karena Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa saat melakukan pertarungan sengit dan menguasai wilayah tersebut. Pada saat itulah ia mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Nama tersebut berarti kemenangan yang tercapai dan diubah pada tanggal 22 Juni 1527. Nah, tanggal inilah yang kemudian diperingati sebagai hari lahirnya Kota Jakarta.
Pada abad ke-16 penjajah Belanda masuk ke Indonesia dan menguasai seluruh wilayah. Jayakarta masuk ke dalam wilayah yang berhasil ditaklukkan oleh Belanda. Kala itu, namanya pun berubah menjadi Batavia. Tekstur tanah Jayakarta memiliki kontur yang sama dengan Belanda yakni berawa-rawa. Untuk melindungi Jayakarta dari ancaman banjir, mereka membangun kanal-kanal seperti yang mereka lakukan di negaranya.
Pusat pemerintahan Batavia berada di Balai Kota yang berjarak 500 meter dari Bandar. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, perkembangan kota Batavia diarahkan ke Selatan. Akibat dari pertumbuhan yang pesat tersebutlah yang mengakibatkan rusaknya lingkungan. Hal itu menyebabkan Belanda memindahkan pusat kegiatan pemerintahan ke kawasan yang lebih tinggi. Wilayah tersebut diberi nama Weltevreden. Pada abad ke-20, semangat nasionalisme Indonesia mulai dicanangkan oleh para Mahasiswa di Batavia.
Ketika Jepang mulai memasuki Batavia, pada 8 Agustus 1942 nama Batavia diubah menjadi Jakarta Toko Betsu Shi. Akan tetapi, kepemimpinan Jepang tidak berlangsung lama di Indonesia. Mereka menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah mengalami kekalahan di Perang Dunia ke II lalu Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Selanjutnya, pada September 1945, pemerintah kota Jakarta mengikrarkan nama baru untuk wilayah ini yaitu Pemerintah Nasional Kota Jakarta.
Setelah kemerdekaan, Belanda berambisi untuk menguasai Indonesia melalui NICA. Tepatnya pada 20 Februari 2950, NICA mengubah nama Jakarta menjadi Stad Gemeente Batavia. Satu bulan kemudian, pada 24 Maret 1950 nama kota ini berubah menjadi Kota Praj’a Jakarta. Setelah kedudukan Jakarta dinyatakan sebagai daerah swatantra maka pada 18 Januari 1958 nama Jakarta berubah lagi menjadi Kota Praja Djakarta Raya. Di tahun 1961 dibentuklah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya (dengan PP No. 2 tahun 1961 jo UU No. 2 PNPS 1961).
Jakarta memperoleh nama resmi Ibukota Republik Indonesia pada 1966. Setelah masa reformasi pada tahun 1999, melalui UU No.24 tahun 1999 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta, sebutan pemerintah daerah berubah menjadi Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan dengan otoniminya tetap berada ditingkat provinsi dan bukan pada wilyah kota, yaitu Provinsi DKI Jakarta.
Wilayah DKI Jakarta dibagi menjadi 6 wilayah yaitu 5 wilayah kotamadya dan satu wilayah kabupaten administrative, Kepulauan Seribu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700).
Saat ini, Jakarta menjadi kota yang mempunyai pertumbuhan sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan Jakarta mempunyai daya tarik untuk dikunjungi oleh masyarakat di luar Jakarta. Banyaknya pendatang inilah yang kemudian menimbulkan banyak problematika di kota metropolitan ini. Kekayaan budaya juga menjadi sumbangan penting bagi Jakarta menjadi salah satu metropolitan terkemuka pada abad ke-21.
Itulah sejarah berdirinya Kota Jakarta yang diiringi dengan cerita panjang serta banyaknya perubahan nama. Semoga informasi yang kami sajikan dapat menambah pengetahuan pembaca. Terimakasih telah membaca.