Di akhir zaman kelak, semua umat akan diuji keimanannya kepada Allah SWT. Dajjal menjadi penggoda terberat dan pemberi godaan terbesar untuk manusia agar dapat terjerumus ke dalam lembah kenistaan.
Dajjal inilah yang akan menyebarkan fitnah yang sebelum hari kiamat tiba untuk mengikis keimanan seseorang. Namun, tidak hanya Dajjal yang menjadi musuh dari umat Islam, ternyata ada sosok manusia yang justru lebih berbahaya dibandingkan makhluk bermata satu ini.
Tidak ada orang yang menyangka bahwa ternyata sosok tersebut lebih berbahaya dibandingkan Dajjal. Pasalnya prilaku mereka selama ini justru senantiasa mencerminkan kebajikan. Lantas, siapakah manusia yang dimaksud tersebut? Berikut informasi selengkapnya.
Ternyata manusia yang perbuatannya lebih buruk dibandingkan Dajjal tersebut yaitu Ulama Su’ atau ulama yang buruk. Mereka ini selama hidup di dunia senantiasa mengingatkan orang lain untuk mengerjakan kebajikan, akan tetapi dirinya sendiri tidak pernah melakukan apa yang seharusnya menjadi kewajiban yakni beribadah dan beriman kepada Allah SWT.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. ia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Bersabda, ‘Pada malam Isra’, aku melihat beberapa orang lelaki yang digunting mulut mereka dengan gunting Neraka. Aku bertanya: ‘Siapakah mereka wahai Jibril?’ Jibril berkata: ‘Mereka adalah para khatib dari ummatmu, mereka menyuruh manusia kepada kebaikan namun mereka melupakan diri sendiri, sedangkah mereka membaca al-Kitab, apakah mereka tidak menyadarinya’?” (Shahih, HR Ahmad [III/120, 180, 231, 239], Ibnu Hibban [53], Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf [XIV/308], Abu Nu’iam dalam al-Hilyah [VIII/43, 44, 172]).
“Aku sangat menghkawatirkan kalian terhadap Dajjal yang bukan Dajjal.” sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.
Sebagian sahabat bertanya, “Siapakah yang engkau maksud, wahai Rasulullah?”
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam menjawab, “Ulama yang buruk.”
Ulama yang buruk tersebut dikatakan lebih buruk ketimbang Dajjal. Penyebab utamanya adalah karena jika Dajjal sudah jelas bentuk bentuk dan visinya yakni di utus oleh Allah SWT ketika akhir zaman kelak untuk menjerumuskan manusia ke dalam perbuatan yang sesat dan jauh dari perintah Allah.
“Sementara ulama yang buruk,” tutur Imam al-Ghazali, “kendati lisan dan kata-katanya mengajak manusia berpaling dari dunia, namun ia juga mengajak mereka kepada dunia melalui tingkah laku dan perbuatannya (teladannya).”
Telah dijelaskan bahwasanya saat hari akhir kelak akan ada orang-orang yang memperjualbelikan agamnya demi semua hal yang bersifat duniawi semata. Hal yang dirinya lakukan ialah bermanis muka di depan manusia lainnya dan menampakkan kesederhanaan namun hatinya cenderung hanya berfokus pada dunia.
sebagaimana sabda Rasulullah ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam yang artinya: “Akan muncul di akhir zaman orang-orang yang mencari dunia dengan agama. Di hadapan manusia mereka memakai baju dari bulu domba untuk memberi kesan kerendahan hati mereka, lisan mereka lebih manis dari gula namun hati mereka adalah hati serigala (sangat menyukai harta dan kedudukan). Alloh berfirman, “Apakah dengan-Ku (kasih dan kesempatan yang Kuberikan) kalian tertipu ataukah kalian berani kepada-Ku. Demi Diriku, Aku bersumpah. Aku akan mengirim bencana dari antara mereka sendiri yang menjadikan orang-orang santun menjadi kebingungan (apalagi selain mereka) sehingga mereka tidak mampu melepaskan diri darinya.” (HR: Tirmidzi)
Orang yang disebut dengan ulama yang buruk ini sangat berbeda antara yang dikata dengan apa yang dilakukannya. Maka tidak heran apabila di akhirat kelak ia akan mendapatkan siksaan yang amat pedih dari Allah SWT.
Dari Abu Zaid iaitu Usamah bin Zaid bin Haritsah radhi-allahu ‘anhuma, katanya: “Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan didatangkan seseorang lelaki pada hari kiamat, kemudian ia dilemparkan ke dalam neraka, lalu keluarlah isi perutnya – usus-ususnya, terus berputarlah orang tadi pada isi perutnya sebagaimana seekor keledai mengelilingi gilingan. Para ahli neraka berkumpul di sekelilingnya lalu bertanya: “Mengapa engkau ini hai Fulan? Bukankah engkau dahulu suka memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran?” Orang tersebut menjawab: “Benar, saya dahulu memerintahkan kepada kebaikan, tetapi saya sendiri tidak melakukannya, dan saya melarang dari kemungkaran, tetapi saya sendiri mengerjakannya.” (Bukhori No. 3027 , Muslim No. 7674, Musnad Ahmad No. 20801, Riyadhus Shalihin No. 198 Bab 24)
Demikianlah ulasan mengenai sosok manusia yang lebih berbahaya dari pada Dajjal. Sudah sepantasnya jika diberkahi ilmu agama harusnya diamalkan dengan baik dan mampu memberi teladan untuk orang lain. Bukan hanya menyebarluaskannya, namun dirinya sendiri tidak mengerjakan apa yang sudah diketahui tersebut. Semoga kita dijauhkan dari sifat dan perbuatan yang seperti itu.